MAPALA PERGURUAN TINGGI MUHAMMADIYAH DALAM MENGAWAL NKRI; KEISLAMAN YANG BER-BHINEKA, SERTA ANCAMAN GERAKAN ANTI PANCASILA

Pancasila bagi Mapala Perguruan Tinggi Muhammadiyah merupakan jalan tengah maraknya radikalisme agama dan liberalisme pasar. Dan diyakini Pancasila akan mampu menjawab kebutuhan segala persoalan bangsa. Pancasila adalah rumah kita – tempat kembali dan itu semua untuk kita. Artinya Pancasila adalah satu-satunya landasan dasar untuk berpijak dalam menjalankan roda kepemerintahan dan semua itu mutlak serta tidak bias di tawar kembali.

Mapala PTM menilai Pancasila sebagai idiologi nasional yang bersifat final, serta harus dilestarikan ditengah-tengah tarik menarik nasionalisme dan internasionalisme. Selain itu pula panxasila sebagai perjanjian terbuka para pendiri bangsa, dan penolakan terhadap Pancasila merupakan penolakan terhadap ekstisensi Negara Kesatuan Republik Indonesia yang mengedepankan kebhinekaan. Maka dari itu Mapala PTM akan tetap mempertahankan Pancasila sebagai azas Negara dan mendukung setiapupaya yang dimaksudkan untuk memperkokoh semangat kebangsaan ditengah pertarungan geopolitik dunia, sebagaimana cita – cita luhur pendiri bangsa.

Penggalan diatas merupakan pernyataan sikap Mapala PTM yang telah dicetuskan dan disepakati bersama dalam Jambore Nasional VII Mapala Perguruan Tinggi Muhammadiyah Se-Indonesia. Yang diilhami dari keberagaman Indonesia baik suku, agama, adat-istiadat, bahasa, dan lain sebagainya. Yang kesemuanya adalah sunnatulloh atau anugerah yang diberikan Allah SWT, yang kurang lebih difirmankan:

“ ….Wahai manusia sungguh aku ciptakan kamu dari jenis laki-laki dan perempuan dan aku ciptakan kalian bersuku-suku dan berbangsa-bangsa untuk saling mengenal, sesungguhnya orang yang paling mulia disisi Ku adalah yang bertaqwa ..”.

Memahami kondisi inilah kemuadian para the founding father dengan semangat kemerdekaan merumuskan sebuah tatanan hukum kehidupan berbangsa dan bernegara dengan mengikat keberagaman menjadi satu dalam bingkai Bhineka Tunggal Ika.

Dengan kondisi yang demikian, maka posisi Mapala PTM sebagai anakbangsa yang memeng terlahir dalam Kesatuan Negara dengan Keberagaman dan penganut agama mayoritas yaitu Islam. Sebagai agama dengan haluan paradigma pendekatan terhadap ajaran agama islam secara proposional antara iman, islam,dan ihan yang dalam pola pikir, sikap, dan pola prilaku tercermin siakap-sikap selektif, akomadatif, dan intregatif.

Islam selalu membuka diri, menerima dan menghargai perbedaan, oleh karena suatu perbedaan adalah sebuah rahmat, akrena perbedaan itulah kita dapat berdialog antar satu denga lainnya demi mewujudkan tatanan yang demokratis dan beradap.

Kebhinekaan dan Keislaman

Memahami itu semua tidak terlepas dari sejarah masuknya islam ke Indonesia. Tidak banyak yang mengerti kapan islam masuk Indonesia dan mengapa Indonesia menerima Islam, yang nota bennya masyarakat Indonesia adalah hindu dan Bhuda. Akan tetapi pendapat yang hamper dibenarkan bahwa Islam dibawa oleh para pedagang timur tengah yang berlabuh di Nusantara,proses dakwah dilakukan dengan santun dan ramah sehingga kedatangan Islam diterima dengan mudah ditanah air, didukung karakteristikorang Indonesia yang pada dasarnya santun dan ramah. Seiring perkembangannya ajaran Islam pun semakin berkembang luas ditandai dengan jumlah penduduk yang memeluk islam.

Selanjutnya Islam dihadpakan pad problematika kebangsaan mulai dari penjajahan belanda, jepang dan kaum pemberontak sampai pada timbulnya golongan-golongan islam yang mengatas namakan diri sebagai Islam Radiakal, Salafi dan sebagainya. Ini semua membuat umat islam semakin pudar namun atas kecintaaan terhadap bangsa dan tanah air umat islam bersama sama menyatukan kekuatan dari sabang sampai merouke untuk berjuang demi kemerdekaan Indonesia.

Kini setelah melewati masa masa itu, bangsa Indonesia dan islam menhadapi tantangan baru yaitu banyaknya muncul kelompok kelompok yang mengatas namakan Islam dengan garis perjuangan ekstrim, melakukan tindakan tindakan kekerasan yang terkesan agogansi mayoritas. Sungguh ironis, disatu sisi mereka beranggapan bahwa demokrasi adalah paham barat yang seharusnya kita tolak, apapun bentuknya karena didalamnya terdapat pengaruh pengaruh zionisme.

Tetapi disisi lain tindakan mereka layaknya dictator massa, kebenaran yang diyakini atas nama Mayoritas. Tanpa mengeankan sisi positif dari demokrasi itu sendiri … yaitu Musyawarah yang kurang lebih juag difirmankan : “ Dan bermusyawarahlah dalam menyelesaikan segala permasalahan yang kamu hadapi”.

Formalitas syariat islam dalam beberapa watu terakhir pun terjadi ibeberapa daerah, yang menuansakan daerah syariat islam dan kemuadian pertanyaanya sejalankah ini denga Pancasila …? Yang nota bennya mengedepankan Ketuhanan yang Maha Esa, diman ahal tersebut sebagai sikap saling menghormati terhadap keberagaman agama. Kekgagalan pemerintah dalam megawal Negara ini adalah ketika munculnya kelompok kelompok agama yang menyatakan diri sebagai kelompok paling benar, memberi ruang terhadap kelompok garis keras yang dianggap membawa kendamaian faktanya malah membawa petaka.

Kelompok kelompok tersebut disamping ingin mengganti UUD 1945 dengan hokum yang benar menurut mereka, secara langsung atau tidak mereka juga ingin memberantas hangus nilai nilai luhur, seni dan budaya serta keberagaman yang telah diwariskan oleh para pendiri bangsa. Islam dianggap sebagai hokum statis dan dalam penerannya harus persis yang dipraktekkan di Arab Saudi. Dan perlu di ingat bahwa “Kita Bangsa Indonesia yang mempunyai karakter keberagaman, bukan bangsa ini yang harus berkesesuaian dengan Islam melainkan Islamlah yang seharusnya berkesesuain dengan bangsa ini”.!

Indonesia terdiri dari ragam suku budaya dan bahas jadi tidak mudah menggariskan hokum hokum pasti untuk internalisasikan di tengah masyarakat. Kaum fundamentalis, radikal dan apalah namanya berteriak lantang mensuarakan formalitas agama, sperti UU APP, PERDA LARANGAN BERSEDEKAH, dan masih banyak lagi.

“Bercerminlah dengan cermin anda, jangan bercermin memakai cermin oaring lain” (Hasan Hanafi) Jangan Pahami Islam yang BerBhineka dengan konsep Amirika maupun Lainya.


J. Alfian Abdul Jafar

0 Response to "MAPALA PERGURUAN TINGGI MUHAMMADIYAH DALAM MENGAWAL NKRI; KEISLAMAN YANG BER-BHINEKA, SERTA ANCAMAN GERAKAN ANTI PANCASILA"

Posting Komentar