GINJAL


Penyakit ginjal masih menduduki peringkat 10 besar penyebab kematian terbanyak ( US NCHS, 2007). Pada tahun 1997 penyumbang terbesar kematian adalah gagal ginjal kronis yang menduduki posisi 8. komplikasi penyakit ginjal bermacam –macam diantaranya adalah gangguan kardiovaskuler yang merupakan penyebab kematian utama hingga saat ini.

Di Negara maju angka penderita gangguan ginjal tergolong cukup tinggi. Di amerika serikat angka kejadian gagal ginjal meningkat tajam dalam 10 tahun. Pada tahun 1990 terjadi 166000 kasus GGT ( gagal ginjal tahap akhir). Dan pada 2000 menjadi 372.000 kasus, angka tersebut di perkirakan naik. Pada 2010 jumlahnya diestimasi lebih dari 650000. selain data tersebut 6 juta sampai 20 juta individu di AS diperkirkan mengalami GGK ( gagal ginjal kronik) fase awal. Dan itu cenderung berlanjut tanpa berhenti.
Di Negara Jepang pada akhir 1996 ada 167000 penderita yang menerima terapi penggantian ginjal. Menurut data 2000 terjadi peningkatan lebih dari 200 ribu penderita.
Menurut Dokter ahli penyakit dalam dan ginjal, jumlah penderita ginjal di AS akan bertambah 6-7 %.

Di Indonesia saat ini diperkirakan jumlah penderita ginjal sekitar 150 ribu pasien. Dari jumlah pasien tersebut yang benr –benar membutuhkan terapi pengganti fungsi ginjal ( cuci darah/ di alias, transplantasi ) tidak kurang dari 3000 pasien. Pada tahun 2010 diperkirakan lebih dari 600 ribu pasien yang membutuhkan terapi pengganti fungsi ginjal.

PENGERTIAN GINJAL

Dunia kedokteran biasa menyebutnya ‘ren’ (renal/kidney). Bentuknya seperti kacang merah, berjumlah sepasang dan terletak di daerah pinggang. Ukurannya kira-kira 11x 6x 3 cm. Beratnya antara 120-170 gram. Struktur ginjal terdiri dari: kulit ginjal (korteks), sumsum ginjal (medula) dan rongga ginjal (pelvis). Pada bagian kulit ginjal terdapat jutaan nefron yang berfungsi sebagai penyaring darah. Setiap nefron tersusun dari Badan Malpighi dan saluran panjang (Tubula) yang bergelung. Badan Malpighi tersusun oleh Simpai Bowman (Kapsula Bowman) yang didalamnya terdapat Glomerolus.

 FUNGSI GINJAL
  1. Menyaring dan membersihkan darah dari zat-zat sisa metabolisme tubuh
2. Mengeksresikan zat yang jumlahnya berlebihan
3. Reabsorbsi (penyerapan kembali) elektrolit tertentu yang dilakukan oleh bagian   ginjal
4.
Menjaga keseimbanganan asam basa dalam tubuh manusia
5. Menghasilkan zat hormon yang berperan membentuk dan mematangkan sel-sel darah merah (SDM) di sumsum tulang

  1. Penyaringan (filtrasi)
Proses pembentukan urin diawali dengan penyaringan darah yang terjadi di kapiler      glomerulus. Sel-sel kapiler glomerulus yang berpori (podosit), tekanan dan permeabilitas yang tinggi pada glomerulus mempermudah proses penyaringan.
Selain penyaringan, di glomelurus juga terjadi penyerapan kembali sel-sel darah, keping darah, dan sebagian besar protein plasma. Bahan-bahan kecil yang terlarut di dalam plasma darah, seperti glukosa, asam amino, natrium, kalium, klorida, bikarbonat dan urea dapat melewati saringan dan menjadi bagian dari endapan.
Hasil penyaringan di glomerulus disebut filtrat glomerolus atau urin primer, mengandung asam amino, glukosa, natrium, kalium, dan garam-garam lainnya

2. Penyerapan kembali (reabsorbsi)
Bahan-bahan yang masih diperlukan di dalam urin pimer akan diserap kembali di tubulus kontortus proksimal, sedangkan di tubulus kontortus distal terjadi penambahan zat-zat sisa dan urea.
Meresapnya zat pada tubulus ini melalui dua cara. Gula dan asam amino meresap melalui peristiwa difusi, sedangkan air melalui peristiwa osmosis. Penyerapan air terjadi pada tubulus proksimal dan tubulus distal.
Substansi yang masih diperlukan seperti glukosa dan asam amino dikembalikan ke darah. Zat amonia, obat-obatan seperti penisilin, kelebihan garam dan bahan lain pada filtrat dikeluarkan bersama urin.
Setelah terjadi reabsorbsi maka tubulus akan menghasilkan urin sekunder, zat-zat yang masih diperlukan tidak akan ditemukan lagi. Sebaliknya, konsentrasi zat-zat sisa metabolisme yang bersifat racun bertambah, misalnya urea.

3. Augmentasi
Augmentasi adalah proses penambahan zat sisa dan urea yang mulai terjadi di tubulus kontortus distal.
Dari tubulus-tububulus ginjal, urin akan menuju rongga ginjal, selanjutnya menuju kantong kemih melalui saluran ginjal. Jika kantong kemih telah penuh terisi urin, dinding kantong kemih akan tertekan sehingga timbul rasa ingin buang air kecil. Urin akan keluar melalui uretra.
Komposisi urin yang dikeluarkan melalui uretra adalah air, garam, urea dan sisa substansi lain, misalnya pigmen empedu yang berfungsi memberi warna dan bau pada urin.



KELAINAN GINJAL
PENYAKIT SINDROMA NEFROTIK
1.      Pengertian
Sindroma Nefrotik adalah sekumpulan manifestasi penyakit yang di tandai oleh ketidak mampuan ginjal untuk memelihara keseimbangn nitrogen sebagai akibat nebingkatnya permeabiklitas membrane kapiler glomerulus.
2.      manifestasi Klinis
kehilangan protin melalui urin yang ditandai dengan adanya proteiunaria massif ( >3,5g protein/24 jam ) menyebabkan hipoalbuminemia yang diikuti oleh edema ( retensi air ), hipertensi, hiperlipidemia, anoreksia dan rasalmah.

GAGAL GINJAL AKUT
1.      Pengertian
Gagal ginjal akut adalah penurunan fungsi ginjal secara tiba-tiba yang terlihat pada penurunan Glomerulo filtration Rate ( GFR ) atau Tes Kliern Kreatinin ( TKK ) dan terganggunya kemampuan ginjal untuk mengeluarkan produk-produk-produk sisa metabolisme.
2.      Manifestasi Klinis
Penyakit ini disertai gejala oliguri ( urin <500 ml/24 jam ) sampai anuria. Dapat pula disertai anoreksia, nausea, rasa lelah, gatal, mengantuk, pusing dan sesak napas. Dalam keadaan katabolic sedang dan berat pasien memerlukan dialysis.
3.      Prognosis
Kematian biasanya disebabkan bukan oleh penyakit gagal ginjal itu sendiri. Prognosis buruk pada pasien lanjut usia dan bila terdapat gagal orang lain. Penyebab kematian tersering adalah infeksi ( 30-50%), pendarahan terutama saluran cerna ( 10-20%), jantung ( 10-20%), gagal nafas (10-15 %), dn gagal multiorgan dengan kombinasi hipotensi , sptikemia, dan sebagainya.



GAGAL GINJAL KRONIK
1.      Pengertian
Penyakit Ginjal Kronik adalah keadaan dimana terjadi penurunan fungsi ginjal yang cukup berat secara perlahan – lahan ( menahun) disebabkan oleh berbagai penyakit ginjal. Penyakit ini bersifat progresi dan umumnya tidak dapat pulih kembali (irreversible).

2.      Manifestasi Klinis
Gejala umunya adalah tidak ada nafsu makan, mual, muntah, pusing, sesak napas, rasa lelah, edema pada kaki dan tangan, serta uremia. Secara lebih terperincigejala klinisnya sebagai berikut :

·        Umum : lemah, maise, gagal tumbuh dan debil.
·        Kulit : pucat, mudah lecet, rapuh, leukonikia.
·        Kardiovaskuler: hipertensi, kelebihan cairan, gagal jantung, perikarditis uremik, penyakit vaskuler.
·        Pernafasan : hiperventilasi asidosis, edema paru, efusi pleura.
·        Gastrointestinal: anoreksia, nausea, grastritis, ulkuspeptikum, colitis uremik, diare yang disebabkan oleh anti bodi.
·        Kemih : nokturia, poliuria, haus, proteinuria, penyakit ginjal yang mendasari.
·        Reproduksi : penurunan libido, impotensi, amenorrhea, infertilitas, ginekomastia, galaktore.
·        Saraf : letargi, malaise, anoreksia, tremor, ngantuk, kebingungan, kejang dan koma.
·        Hematology : anemia, defisiensi imun, mudah mengalami pendaraha

  TRANSPLANTASI GINJAL

Transplantasi ginjal adalah terapi pengganti dengan cara mengganti ginjal yang sakit dengan ginjal donor. Setelah transplantasi sering terjadi hiper katabolisme protein, kegemukan dan hiperlipidemia.

Transplantasi ginjal sekarang ini lumayan umum. Transplantasi yang berhasil pertama kali diumumkan pada 4 maret 1954 di RS Peter bent brigham di Boston, Massachusetts. Operasi ini dilakukan oleh Dr. Josefh E. Murray, yang
pada 1990 menerima penghargaan nobel dalam fisiologi atau kedokteran.

Transplantasi ginjal dapat dilakukan secara “ cadaveric” ( dari seorang yang telah meninggal) atau dari donor yang masih hidup ( biasanya anggota keluarga). Ada beberapa keuntungan untuk transplantasi dari donor yang masih hidup, termasuk kecocokan lebih bagus, donor dapat di tes secara menyeluruh sebelum transplantasi dan ginjal tersebut cenderung memiliki jangka hidup yang lebih panjang.

GAGAL GINJAL DENGAN DIALISIS
Umumnya seseorang dapat hidup normal dengan satu ginjal. Bila kedua ginjal tidak berfungsi normal, maka seseorang perlu mendapatkan suatu terapi pengganti ginjal ( TPG ). TPG ini dapat dilakukan baik bersifat sementara maupun terus menerus. TPg terdiri atas tiga, yaitu : hemodialisis ( cuci darah), peritoneal dialysis (cuci rongga perut) dan cangkok ginjal (transplantasi). Prinsip dasar dari hemodiolisis adlah dengan membersihkan darah dengan menggunakan ginjal buatan. Sedangkan peritoneal dialysis menggunakan selaput rongga perut sebagai saringan antara darah dan cairan dianial.
Dialysis dapat dilakukan dengan cara hemodialisis atu dialysis peritoneal. pada proses hemodialisis aliran darah ke ginjal dialihkan melalui membrane semi permiabel dari mesin cuci ginjal sehingga produk sisa metabolisme dapat dikeluarkan dari tubuh. Pada proses dialysis peritoneal aliran darah dialihak melalui dinding semi permiabel dari peritoneum.
Dialysis dilakukan terhadap pasien dengan penurunan fungsi ginjal berat,  dimana ginjal tidak mampu lagi mengeluarkan produkn- produk sisa metabolisme, mepertahankan keseimbangn cairan dan elektrolit, serta memproduksi hormone- hormone. Ketidak mampuan ginjal mengeluarkan produk – produk sisa metabolisme menimbulkan gejala uremia. Dialysis dilakukan bila hasil tes kliren kreatinin < 15 ml/ menit.
BATU GINJAL ( NEFROLITIASIS)
Batu ginjal terbentuk bila konsentrasi mineral atau garam dalam urine mencapai  nilai yang memungkinkan terbentuknya kristal, yang akan mengendap pada tubulus ginjal atau ureter. Meningkatnya konsentrasi garam – garam ini disebabkan adanya kelainan metabolisme atau pengaruh suhu lingkungan. Sebagian besar batu gijal merupakan garam kalsium, fosfat, oksalat serta asam urat atau sistin.
Batu ginjal lebih banyak ditemukan pada orang dewasa laki-laki dari pada dewasa perempuan. Hiperkalsiuria, hiperurikosurya, hiperoksalouria, rendahnya volume dan pH urine merupakan factor resiko terjadinya batu ginjal. Asupan cairan yang tinggi dapat mencegah berbagi jenis batu ginjal. Kebutuhan cairan bertambah dengan adanya kenaikan suhu lingkungan dan peningkatan aktifitas
Penyebab Penyakit Ginjal
Terjadinya gagal ginjal disebabkan oleh beberapa penyakit serius yang didedrita oleh           tubuh yang mana secara perlahan-lahan berdampak pada kerusakan organ ginjal. Adapun beberapa penyakit yang sering kali berdampak kerusakan ginjal diantaranya :
·         Penyakit tekanan darah tinggi (Hypertension)
·         Penyakit Diabetes Mellitus (Diabetes Mellitus)
·         Adanya sumbatan pada saluran kemih (batu, tumor, penyempitan/striktur)
·         Kelainan autoimun, misalnya lupus eritematosus sistemik
·         Menderita penyakit kanker (cancer)
·         Kelainan ginjal, dimana terjadi perkembangan banyak kista pada organ ginjal itu sendiri (polycystic kidney disease)
·         Rusaknya sel penyaring pada ginjal baik akibat peradangan oleh infeksi atau dampak dari penyakit darah tinggi. Istilah kedokterannya disebut sebagai glomerulonephritis.
Adapun penyakit lainnya yang juga dapat menyebabkan kegagalan fungsi ginjal apabila tidak cepat ditangani antara lain adalah ; Kehilangan carian banyak yang mendadak ( muntaber, perdarahan, luka bakar), serta penyakit lainnya seperti penyakit Paru (TBC), Sifilis, Malaria, Hepatitis, Preeklampsia, Obat-obatan dan Amiloidosis.

Penyakit gagal ginjal berkembang secara perlahan kearah yang semakin buruk dimana ginjal sama sekali tidak lagi mampu bekerja sebagaimana funngsinya. Dalam dunia kedokteran dikenal 2 macam jenis serangan gagal ginjal, akut dan kronik.
Pengobatan dan Penanganan Gagal Ginjal

Penanganan serta pengobatan gagal ginjal tergantung dari penyebab terjadinya kegagalan fungsi ginjal itu sendiri. Pada intinya, Tujuan pengobatan adalah untuk mengendalikan gejala, meminimalkan komplikasi dan memperlambat perkembangan penyakit. Sebagai contoh, Pasien mungkin perlu melakukan diet penurunan intake sodium, kalium, protein dan cairan. Bila diketahui penyebabnya adalah dampak penyakit lain, maka dokter akan memberikan obat-obatan atau therapy misalnya pemberian obat untuk pengobatan hipertensi, anemia atau mungkin kolesterol yang tinggi.
Seseorang yang mengalami kegagalan fungsi ginjal sangat perlu dimonitor pemasukan (intake) dan pengeluaran (output) cairan, sehingga tindakan dan pengobatan yang diberikan dapat dilakukan secara baik. Dalam beberapa kasus serius, Pasien akan disarankan atau diberikan tindakan pencucian darah {Haemodialisa (dialysis)}.
Kemungkinan lainnya adalah dengan tindakan pencangkokan ginjal atau transplantasi ginjal.
Kesimpulan
       1. Penyakit ginjal kronik dapat menggambarkan kondisi sistem vaskular sehingga
           dapat membantu upaya pencegahan penyakit lebih dini dan komplikasinya.
       2. Penting untuk mengetahui batasan, klasifikasi, dan stratifikasi penyakit ginjal
           kronik untuk melakukan upaya pengelolaan dan pencegahan secara cepat dan
           tepat.
       3. Pemeriksaan penunjang penyakit ginjal kronik penting untuk memastikan
diagnosis penyakit ginjal dan derajat penurunan fungsi ginjal, dalam hal ini nilai
laju filtrasi glomerulus yang diukur dengan kadar kreatinin serum merupakan
parameter terbaik ukuran fungsi ginjal.
       4. Dalam melakukan pengelolaan dan pencegahan penyakit ginjal kronik secara
cepat dan tepat perlu diperhatikan adanya faktor risiko penyakit ginjal kronik

sumber

Kohimeir Lovastatin, penyakit jantung dan tekanan darah tinggi, prestasi
    pustaka publisher, Jakarts 2006.
               Buku ajaran ilmu penyakit dalam, jilid I, edisin3. balai penerbit FKUI, Jakarta
1996.
 

SEJARAH PERKEMBANGAN KESEHATAN MASYARAKAT


Pada hakikatnya pembangunan yang kita laksanakan ini, yang kita dengungkan-dengungkan sebenarnya adalah membangunan manusia, dengan kata lain kita membangun sumber daya manusia. Selanjutnya adalah apa indikator pembangunan manusia ?. Indikator pembangunan manusia adalah Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Development Index (HDI). IPM atau HDI adalah indeks komposi atau gabungan dari Umur Harapan Hidup (UHH), Angka Melek Huruf (tingkat pendidikan) dan Pendapatan Perkapita (GNP/Cap).
Salah satu indicator IPM yaitu Umur Harapan Hidup (UHH)adalah tanggung jawab dari pembangunan sektoral kesehatan, karena tujuan pembangunan kesehatan adalah peningkatan status atau derajat kesehata, sedangkan indicator utama derajat kesehatan adalah Angka Kematian Bayi (AKB). Untuk menghitung UHH adalah dengan mengetahui AKB tersebut, dengan kata lain tujuan pembangunan kesehatan pada akhirnya peningkatan UHH, dengan kata lain juga peranan pembangunan kesehatan sangat besar kontrusinya terhadap IPM atau pembangunan pada umunya.
Bagaimana posisi IPM Indonesia ?. Pada lima tahun terkahir IPM Indonesia terpuruk terus.   Posisi Indonesia pada urutan 112, sedangkan Vietnam 109, itu artinya pembangunan Indonesia di bawah Vietnam. Bila dilihat dari konsep IPM tersebut maka salah satu penyebab buruknya kinerja pembangunan Indonesia adalah pembangunan kinerja kesehatan. Banyak penyebab rendahnya kinerja pembangunan kesehatan Indonesia, diantaranya yang cukup besar pengaruhnya adalah factor lingkungan salah satunya lingkungan politik. Lingkungan politik yang kurang mendukung, menyebabkan berbagai kebijakan di bidang kesehatan yang juga kurang mendukung  atau tidak “Healthy Public Policy”, sehingga kebijakan kesehatan Indonesia yang kurang kondusif.  Untuk upaya-upaya ini maka peranan promosi kesehatan sangat dominan dalam rangka membangun kemitraan untuk membangun koalisi strategis
Sebelum kita membahas Promosi Kesehatan maka kita sebaiknya kita membahas sejarah perkembangan kesehatan masyarakat. Karena perkembangan Promosi Keseharan tidak terlepas dari perkembangan Kesehatan Masyarakat khususnya di Indonesia.  Hal ini dapat dipahami karena Visi  Promosi Kesehatan yang tertuang dalam berbagai konvensi Internasional Promosi Kesehatan, mulai dari Konferensi Promosi Kesehatan pertama di Ottawa, Canada Tahun 1986 yang menerbitkan ’The Otawa Charter’. Konferensi kedua di Adelaide, Australia tahun 1988 yang mengeluarkan  ”Adelaide Recommendation”. Konferensi Ketiga di Sundsvall,  Swedia  tahun 1991 dan Konferensi yang terakhir atau keempat di Jakarta tahun 1997 dengan menerbitkan ’The Jakarta Declaration’ adalah merubah ’lingkungan yang memepengaruhi kesehatan’ yang tertuang dalam ’The Five Ottawa Charter Strategies’ diantaranya adalah ’built healthy public policy, create supportive enviroment, dan strengthen community action’ (The Jakarta Declaration, 1997).
Sedangkan konsep kesehatan masyarakat visi terbesarnya yang dapat merubah sistem atau yang besar pengaruhnya dalam mempengaruhi kesehatan adalah faktor lingkungan diantara faktor-faktor prilaku, pelayanan kesehatan dan faktor hereditas (Blum, dalam Gani, 2000).
 Maksud dari uaraian diatas bahwa paradigma atau pola pikir Kesehatan Masyarakat maupun Promosi Kesehatan adalah sama yaitu merubah lingkungan atau sistem tatanan kesehatan secara komprehensif atau holistik (menyeluruh).  Dengan kata lain peran Promosi Kesehatan dalam kesehatan adalah mengintervensi berbagai faktor derajat kesehatan dan faktor-faktor yang mempengaruhinya (Notoatmodjo, 2005). Untuk itu wajarlah bila kita membahas sedikit mengenai perkembangan kesehatan masyarakat.
  
Sejarah Perkembangan Kesehatan Masyarakat.

Perkembangan Kesehatan Masyarakat tidak terlepas dari sejarah Kesehatan Masyarakat (Public Health), yaitu tidak terlepas dari dua tokoh mitologi Yunani Asclepius atau Aesculapius dan Higea. Aesculapius adalah seorang dokter pertama, yang tampan dan pandai telah melakukanpengobatan bahkan bedah dengan prosedur yang baik. Sedangkan Higea adalah asistennya yang cantik dan melakukan pencegahan penyakit dan mengajarkan kepada masyarakat untuk hidup bersi, melaksanakan hidup seimbang, kebersihan diri menghindari dari makanan dan minuman yang kotor dan beracun, makan makanan yang bergizi dan cukup istirahat.
Pada akhirnya kedua orang ini akhirnya menjadi suami istri. Mengabungkan dua aliran kesehatan yang berbeda tapi tidak saling bertentangan, saling behubungan satu sama lain. Aliran Aesculapius cenderung menunggu terjadinya penyakit atau setelah sakit yaitu melalui Pengobatan atau Kuratif. Sedangkan aliran Higea cenderung melakukan pencegahan penyakit (preventif) serta upaya-upaya peningkatan (promosi) kesehatan. Mitologi tersebut menjadi inspirasi bagi embrio Ilmu Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat.

Periode Perkembahangan Ilmu Kesehatan.

  1. Periode Sebelum Ilmu Pengetahuan (Pre Scientific Period).

Sejarah kebudayaan peradaban masyarakat kuno yang berpusat di Babylonia, Mesir, Yunani dan Roma (The Pre-Cristion Period). Pada saat itu pemerintah kota telah melakukan upaya-upaya pemberantasan penyakit. Sebagai bukti ditemukandokumen-dokumen tentang peraturan-peraturan tertulis yang mengatur tentang pembuangan air limbah (drainase), pengaturan air minum, pembuangan sampah, dsb. (Hanlon, 1964). Dari hasil penemuan arkeologi pada saat itu telah dibangun WC Umum (Public Latrine) dan sumber air minum sendiri namun untuk alasan ’estetika’, bukan untuk alasan kesehatan.
  Pada kerajaan Romawi Kuno, peraturan-peraturan yang dibuat bedasarakan alasan kesehatan. Dalam hal itu pegawai-pegawai kerajaan ditugaskan untuk melakukan supervisi ke lapangan ke tempat-tempat air minum (Public Bar), warung makan, tempat-tempat prostitusi, dsb. (Notoadmodjo, 2005).

a.     Abad Pertama sampai Abad Ketujuh.
Pada masa ini berbagai penyakit menyerang penduduk. Di berbagai tempat terjadi endemik atau wabah penyakit. Bahkan begitu banyaknya penyakit menular dan, oleh karena itu kesehatan masyarakat makin dirasakan pentingnya (Halon, 1964).  Penyakit kolera menjalar dari Inggriske Afrika, kemudian ke Asia (khususnya Asia Barat dan Asia Timur) dan akhirnya sampai ke Asia Selatan. Pada Abad ke 7 India menjadi pusat endemik kolera. Selain kolera penyakit lepra menyebar dari Mesir ke Asia Kecil dan Eropa melalui emigran. Upaya-upaya yang dilakukan  adalah perbaikan lingkungan yaitu higiene dan sanitasi, pengusahaan air minum yang bersih, pembuangan sampah, ventilasi rumah telah menjadi bagian kehidupan masyarakat waktu itu (Notoadmodjo, 2005).

b.     Abad ke-13 sampai abad ke-17.
Pada masa ini kejadian endemik Pes yang paling dasyat terjadi di China dan India, diperkirkan 13 juta orang meninggal.  Catatan lain di India, Mesir dan Gaza 13.000 orang meninggal setiap harinya, atau selamah wabah tersebut jumlah kematian mencapai 60 juta orang. Pertistiwa tersebut dikenal dengan   ’The Black Death’.  Pada abad tersebut Kolera juga menjadi masalah di beberapa tempat. Tahun 1603 terjadi kematian 1 diantara 6 orang karena penyakit menular. Tahun1965 meningkat menjadi 1 diantara 5 orang. Tahun 1759 tercatat penyakit-penyakit lain yang mewabah diantaranya Dipteri, Tifus, dan Disentri.

2.     Periode Ilmu Pengetahuan (Scientific Period).

a.     Abad ke-18 sampai permulaan abad ke-19 (kebangkitan Ilmu Pengetahuan.

Penyakit-penyakit yang muncul bukan saja  dilihat sebagai fenomena biologis yang sempit, tetapi merupakan suatu masalah yang komplek. Pada masa ini juga ditemukan berbagai macam vaksin dan bahan disinvektans. Vaksin Cacar oleh Luis Pasteur, Asam Carbolic untuk sterilisasai ruangan operasi ditemukan oleh Joseph Lister, Ether untuk Anestesi oleh Williem Marton, dsb.
Tahun 1832 di Inggris terjadi epidemic Kolera. Parlemen Inggris menugaskan Edmin Chadwich, seorang pakar sosial untuk memimpin penyelidikan penyakit tersebut. Atas laporanya tersebut Parlemen Inggris mengeluarkan UU tentang upaya-upaya peningkatan kesehatan penduduk, termasuk sanitasi lingkungan dan tempat kerja, pabrik, dsb. John Simon diangkat oleh pemerintah Inggris untuk menangani masalah kesehatan.
Pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20 mulai dikembangkan pendidikan tenaga kesehatan. Tahun 1883 Sekolah Tinggi Kedolteran didirikan oleh John Hopkins di Baltimore AS, dengan salah satu departemennya adalah Departemen Kesehatan Masyarakat. Tahun  1908 sekolah kedokteran mulai menyebar di Eropa, Kanada, dsb. Dari segi pelayanan masyarakat, pada tahun 1855 untuk pertamakalinya pemerintah AS membentuk Departemen Kesehatan yang merupakan peningkatan dari Departemen Kesehatahn Kota yang sudah terbentuk sebelumnya.  Tahun 1972 dibentuk Asosiasi Kesehatan Masyarakat Amerika (American Public Health Association) (Notoamodjo, 2005).

Perkembahangan Kesehatan Masyarakat di Indonesia.

1.     Masa Pra Kemerdekaan.

Pada  tahun 1807 Gubernur Jendral Daendels melakukan pelatihan praktik persalinan pada para dukun bayi. Pada tahun 1851 didirikan sekolah dokter Jawa di Batavia yaitu STOVIA. Tahun 1888 di Bandung didirikan Pusat Laboratorium Kedokteran yang selanjutnya menjadi Lembaga Eykman sekarang. Pada Tahun 1913 didirikan Sekolah Dokter Belanda yaitu NIAS di Surabaya. Tahun 1922 terjadi wabah Pes, sehingga tahun 1933-1935 diadakan pemberantasan Pes dengan DDT dan vaksinasi massal.
 Hasil penyelidikan Hydric, petugas kesehatan pemerintah waktu itu, penyebab kesakitan dan kematian yang terjadi di Banyumas adalah kondisi sanitasi, lingkungan dan perilaku penduduk  yang sangat buruk. Hydric kemudian mengembangankan percontohan dan propaganda kesehatan.

2.     Masa Era Kemerdekaan.

a.     Pra Reformasi.

1). Masa Orde Lama.

Pada tahun 1951 konsep bandung Plan diperkenalkan oleh dr. Y. Leimena dan dr. Patah, yaitu konsep pelayanan yang menggabungkan antara pelayanan kuratif dan preventif. Tahun 1956 didirikanlah proyek Bekasi oleh dr. Y. Sulianti di Lemah Abang, yaitu model pelayanan kesehatan pedesaan dan pusat pelatihan tenaga. Kemudian didirikan Health Centre (HC) di 8 lokasi, yaitu di Indrapura (Sumut), Bojong Loa (Jabar), Salaman (Jateng), Mojosari (Jatim), Kesiman (Bali), Metro (Lampung), DIY dan Kalimatan Selatan. Pada tanggal 12 November 1962 Presiden Soekarno mencanangkan program pemberantasan malaria dan pada tanggal tersebut menjadi Hari Kesehatan Nasional (HKN).

2). Masa Orde Baru.

Konsep Bandung Plan terus dikembangkan,  tahun 1967 diadakan seminar konsep  Puskesmas.  Pada tahun 1968 konsep Puskesmas ditetapkan dalam Rapat Kerja Kesehatan Nasional dengan disepakatinya bentuk Puskesmas yaitu Tipe A, B & C. Kegiatan Puskesmas saat itu dikenal dengan istilah ’Basic’. Ada Basic 7, Basic 13 Health Service yaitu : KIA, KB, Gizi Mas., Kesling, P3M, PKM, BP, PHN, UKS, UHG, UKJ, Lab, Pencatatan dan Pelaporan. Pada tahun 1969, Tipe Puskesmas menjadi A & B. Pada tahun 1977 Indonesia ikut menandatangi kesepakatan Visi : ”Health For All By The Year 2000”, di Alma Ata, negara bekas Federasi Uni Soviet, pengembangan dari konsep ” Primary Health Care”. Tahun 1979 Puskesmas tidak ada pen’Tipe’an, dan dikembangkan piranti manajerial Perencanaan dan penilaian Puskesmas yaitu ’ Micro Planning’ dan Stratifikasi Puskesmas. Pada tahun 1984 dikembangkan Posyandu, yaitu pemngembangan dari pos penimbangan dan karang gizi. Posyandu dengan 5 programnya yaitu, KIA, KB, Gizi, Penangulangan  Diare dan Imunisasi dengan 5 Mejanya (Notoadmodjo, 2005). Pada waktu-waktu selanjutnya Posyandu bukan saja untuk pelayanan Balita tetpai juga untuk pelayanan ibu hamil. Bahkanpada waktu-waktu tertentu untuk promosi dan distribusi Vit.A, Fe, Garam Yodium, dan suplemen gizi lainnya.  Bahkan Posyandun saat ini juga menjadi andalah kegiatan penggerakan masyarakat (mobilisasi sosial) seperti PIN, Campak, Vit A, dsb. 
b.     Pra Reformasi.

Waktu terus bergulir, tahun 1997 Indonesia mengalami krisis ekonomi. Kemiskinan meningkat, kemampuan daya beli masyarakat rendah, menyebabkan akses ke pelayanan kesehatan renda, kemudian dikembangkan program kesehatan untuk masyarakat miskin yaitu, JPS-BK. Tahun 1998 Indonesia mengalami reformasi berbagai bidang termasuk pemerintahan dan menjadi negara dermokrasi. Tahun 2001 otonomi daerah mulai dilaksanakan, sehingga dilapangan program-prorgam kesehatan bernunasa desentralisasi dan sebagai konsekuensi negara demokrasi, program-program kesehatan juga banyak yang bernuasa ’politis’. Tahun 2003 JPS-BK kemudian penjadi PKPS-BBM Bidang Kesehatan, tahun 2005 berubah lagi menjadi Askeskin. Pada saat itu juga dikembangkan Visi Indonesia Sehat Tahun 2010 dengan Paradigma Sehat. Puskesmas dan Posyandu masih tetap eksis, bahkan Posyandu menjadi andalan ujung tombak ’mobilisasai sosial’ bidang kesehatan. Dalam era otonomi dan demokrasi menuntut akutanbilitas dan kemitraan, sehingga berkembang LSM-LSM baik bidang kesehatan, maupun bukan untuk menuntut akutanbilitas tersebut dalam berbagai bentuk partisipasi. Sebagai ’partnersship’ LSM-LSM tersebut program kesehatan yang bertanggung jawab adalah Promosi Kesehatan. Promosi Kesehatan harus menjadi ujung tombak mewakili program kesehatan secara keseluruhan, baik sebagai pemasaran-sosial Visi Indonesia Sehat 2010 untuk merubah paradigma  (Paradigma Sehat)petugas kesehatan dan masyarakat. Tugas lain promosi kesehatan melakukan advokasi, komunikasi kesehatan dan mobilisasi sosial, baik kepada pihak legislatif, eksekutif maupun masyarakat itu sendiri. Terutama melalui kemitraan dengan LSM-LSM tersebut. Dengan kata lain pada era otonomi/desentralisasi saat ini sektor kesehatan harus diperjuangkan juga secara politik karena sebenarnya saat ini bidang kesehatan disebut juga sebagai era ’Political Health’, maka peranan promosi kesehatan sangat menonjol dalam ikut mengakomodasi upaya tersebut dengan berbagai strategi.

Seca universal perkembangan Kesehatan Masyarakat dibagi menjadi 5 era, dengan dasar pembagian 5 unsur, yaitu unsur jangkuan dengan filosofi yang dianut dengan titik berat pelayanan, unsur penyelnggaraan pendidikan dan penelitian pengembangan, seperti pada Tabel 1.1 berikut dibawah ini.
Tabel 1.1 :  Era Perkembangan Kesehatan Masyarakat


Unsur
Pengembangan
Empirical
Health Era
< 1850
Basic Science Era
(1850-1900)
Clinical Science Era (1900-1950)
Public Health Science Era
(1950-1900)
Political Science Era
> 1900
Titik Berat Pelayanan
Gejala-Gejala Penyakit
Bakteri & Penyakit
Pasien (Penderita)
Masyarakat/ penduduk
Masyarakat dan Lingkungan Kesehatan
Cara Penyelanggaraan Pendidikan
Mengikuti petunjuk secara mutlak dari pengajar
Diagnosa Laboratorium
Polikinilk/ Balai Pengobatan sebagai tempat praktik
Kelinik & balai Kesehatan Masyarakat dan masyakrakjat sebagai tempat praktik
RS Pendidikan dan daerah lokasi praktik
Penelitian dan Pengembangan
Pengalaman Empiris (historical)
Pengembangan Laboratorium
Pengembangan Iptek Kedokteran
Pengembangan masyarakat dan dengan pengembangan tolok ukur dan kreteria-kreteria
Selain pengembangan Iptek Kedokteran dan masy, juga dikembangankan bidang ilmu yang lain seperti ekonomi, sosial dan politik.

Perkembahangan Promosi Kesehatan di Indonesia.

Perkembangan Promosi Kesehatan tidak terlepas dari perkembangan sejarah Kesehatan Masyarakat di Indonesia dan dipengaruhi juga oleh perkembangan Promosi Kesehatan International, yaitu secara seremonial  di Indonesia di mulai program Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD) pada tahun 1975, dan tingkat Internasional Deklarasi Alma Ata tahun 1978 tentang Primary Health Care (Departemen Kesehatan, 1994). Kegiatan Primary Helath Care tersebut sebagai tonggak sejarah cika-lbakal Promosi Kesehatan.
Khusus konvesi yang membahas tentang Promosi Kesehatan di mulai dari Konvesi Promosi Kesehatan di Ottawa, Kanada dengan melahirkan The Ottawa Charter tahun 1986 sampai Konvesi Promosi Kesehatan yang dilaksanakan di Jakarta tahun 1997 dengan melahirkan The Jakrata Declaration. Selanjutnya perkembangan Promosi Kesehatan di Indonesia adalah seperti berikut dibawah ini.

a.     Sebelum Tahun 1965 (sebelum sampai awal kemerdekaan).
Pada saat itu istilahnya adalah Pendidikan Kesehatan. Dalam program-program kesehatan Pendidikan Kesehatan hanya sebagai pelengkap pelayanan kesehatan, terutama pada saat terjadi keadaab kritis seperti wabah penyaki, bencana, dsb. Sasarannya perseorangan (individu), dengan sasaran program lebih kepada perubahan pengetahuan seseorang.

b.     Periode Tahun 1965-1975.
Pada priode ini mulai perhatiannya kepada masyarakat. Saat itu juga dimulainya peningkatan profesional tenaga melalui program Health Educational Service (HES). Tetapi intervensi program masih banyak yang bersifat individual walau sudah mulai aktif ke masyarakat. Sasaran program adalah perubahan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan.

c.     Periode Tahun 1975-1985.
Istilahnya mulai berubah menjadi Penyuluh Kesehatan. Di Tingkat Departemen Kesehatan ada Diterektorat PKM. PKMD menjadi andalan program sebagai pendekatan Community Development. Saat itu program UKS di SD diperkenalkannya Dokter Kecil.  Sudah mulai aktif membina dan mem- berdayakan masyarakat. Saat itulah Posyandu  lahir sebagai pusat pemberdayaan dan mobilisasi masyarakat. Sasaran program adalah perubahan perilaku masyarakat tentang kesehatan. Misi dipengaruhi oleh Deklarasai Alma Ata.

d.     Periode Tahun 1985-1995.
Dibentuklah Direktoral Peran Serta Masyarakat (PSM), yang diberi tugas memberdayakan masyarakat. Sirektoral PMK berubah menjadi Pusat PKM, yang tugasnya penyebaran informasi, komunikasi, kampanye dan pemasaran sosial bidang kesehatan. Saat itu pula PKMD menjadi Posyandu. Tujuan dari PKM dan PSM saat itu adalah perubahan perilaku. Pandangan (Visi) mulai dipengaruhi oleh ’Ottawa Charter’ tentang Promosi Kesehatan.

e.     Periode Tahun 1995-Sekarang.
Istilah PKM menjadi Promosi Kesehatan. Bukan saja pemberdayaan kearah mobilisasi massa yang menjadi tujuan, tetapi juga kemitraan dan politik kesehatan (termasuk advokasi). Sehingga sasaran Promosi Kesehatan bukan saja perubahan perilaku tetapi perubahan kebijakan atau perubahan menuju perubahan sistem atau faktor lingkungan kesehatan. Pada Tahun 1997 diadakan konvensi internasional Promosi Kesehatan dengan tema ”Health Promotion Towards The 21’st Century, Indonesian Policy for The Future” dengan melahirkan  ‘The Jakarta Declaration’.