I.
PENDAHULUAN
Setiap Tahun kita dikejutkan kembali dengan merebaknya
penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD), dengan jumlah kasus yang cukup banyak.
Hal ini mengakibatkan sejumlah rumah sakit menjadi kewalahan dalam menerima pasien
DBD. Untuk mengatasinya pihak rumah sakit menambah tempat tidur di
lorong-lorong rumah sakit serta merekrut tenaga medis dan paramedis. Merebaknya
kembali kasus DBD ini menimbulkan reaksi dari berbagai kalangan. Sebagian
menganggap hal ini terjadi karena kurangnya kesadaran masyarakat akan
kebersihan lingkungan dan sebagian lagi menganggap karena pemerintah lambat
dalam mengantisipasi dan merespon kasus ini.
Penyakit Demam Berdarah atau Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) ialah penyakit yang disebabkan oleh
virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk betina Aedes aegypti dan Aedes
albopictus. Kedua jenis nyamuk ini terdapat hampir di seluruh pelosok Indonesia ,
kecuali di tempat-tempat ketinggian Lebih dari 1000 meter di atas permukaan air
laut.
Penyakit DBD sering salah didiagnosis dengan penyakit lain
seperti flu atau tipus. Hal ini disebabkan karena infeksi virus dengue yang
menyebabkan DBD bisa bersifat asimtomatik atau tidak jelas gejalanya. Data di
bagian anak RSCM menunjukkan pasien DBD sering menunjukkan gejala batuk, pilek,
muntah, mual, maupun diare. Masalah bisa bertambah karena virus tersebut dapat
masuk bersamaan dengan infeksi penyakit lain seperti flu atau tipus. Oleh
karena itu diperlukan kejelian, ketelitian dan pemahaman tentang perjalanan
penyakit infeksi virus dengue,
patofisiologi, dan ketajaman pengamatan klinis dari petugas terhadap pasien
yang di duga menerita DBD. Serta pemeriksaan penunjang laboratorium sangat di
anjurkan untuk ketepatan dalam mendiagnosa penyakit DBD terutama bila gejala klinis
kurang memadai.
Penyakit DBD pertama kali di Indonesia
ditemukan di Surabaya
pada tahun 1968, akan tetapi konfirmasi virologis baru didapat pada tahun 1972.
Sejak itu penyakit tersebut menyebar ke berbagai daerah, sehingga sampai tahun
1980 seluruh propinsi di Indonesia
kecuali Timor-Timur telah terjangkit penyakit. Sejak pertama kali ditemukan,
jumlah kasus menunjukkan kecenderungan meningkat balk dalam jumlah maupun luas wilayah
yang terjangkit dan secara sporadis selalu terjadi KLB setiap tahun.
Meningkatnya jumlah kasus serta bertambahnya wilayah yang
terjangkit, disebabkan karena semakin baiknya sarana transportasi penduduk,
adanya pemukiman baru, kurangnya perilaku masyarakat terhadap pembersihan
sarang nyamuk, terdapatnya vektor nyamuk hampir di seluruh pelosok tanah air
serta adanya empat sel tipe virus yang bersirkulasi sepanjang tahun.
Departemen kesehatan telah mengupayakan berbagai strategi
dalam mengatasi kasus ini. Pada awalnya strategi yang digunakan adalah
memberantas nyamuk dewasa melalui pengasapan (fogging), kemudian strategi diperluas dengan menggunakan larvasida (bubuk abate) yang ditaburkan
ke tempat penampungan air yang sulit dibersihkan. Akan tetapi kedua metode
tersebut sampai sekarang belum memperlihatkan hasil yang maksimal.
II.
Sejarah Penyebaran
Penyakit DBD
Kasus penyakit ini pertama kali
ditemukan di Manila, Filipina pada tahun 1953. Kasus di Indonesia pertama kali
dilaporkan terjadi di Surabaya dan Jakarta dengan jumlah kematian sebanyak 24
orang. Beberapa tahun kemudian penyakit ini menyebar ke beberapa propinsi di
Indonesia, dengan jumlah kasus sebagai berikut :
-
Tahun 1996 : jumlah
kasus 45.548 orang, dengan jumlah kematian sebanyak 1.234 orang.
-
Tahun 1998 : jumlah
kasus 72.133 orang, dengan jumlah kematian sebanyak 1.414 orang (terjadi
ledakan)
-
Tahun 1999 : jumlah
kasus 21.134 orang.
-
Tahun 2000 : jumlah
kasus 33.443 orang.
-
Tahun 2001 : jumlah
kasus 45.904 orang
-
Tahun 2002 : jumlah
kasus 40.377 orang.
-
Tahun 2003 : jumlah
kasus 50.131 orang.
-
Tahun 2004 :
sampai tanggal 5 Maret 2004 jumlah kasus sudah mencapai 26.015 orang, dengan
jumlah kematian sebanyak 389 orang.
III.
Penyebab
Penyakit DBD disebabkan oleh Virus Dengue. Virus tersebut
termasuk dalam group B Arthropod borne
viruses (arboviruses). Virus yang banyak berkembang di masyarakat adalah
virus dengue.
Deman berdarah adalah adalah penyakit menular yang disebabkan
oleh virus Dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypt. Nyamuk yang menggigit
dan menularkan virus ini adalah dari jenis betina. Nyamuk ini hidup dan
berkembang pada tempat-tempat penampungan air bersih yang tidak berhubungan
dengan tanah, seperti : bak mandi/WC, tempat penyimpanan air. Nyamuk penyebab
deman berdarah ini menggigit pada pagi dan sore hari. Nyamuk ini dapat
menggigit beberapa kali setiap hari sehingga dia bisa menularkan virus dari
satu orang ke orang kali dalam satu hari (dr.
Suhendro, SpPD,2007).
Perkembangan nyamuk dari telur hingga
dewasa memerlukan waktu sekitar 10-12 hari. Kemampuan terbang berkisar antara
40-100 meter dari tempat berkembang biaknya. Tempat istirahat yang disukainya
adalah benda-benda yang bergantung di dalam rumah, seperti gordyn, kelambu, baju/pakaian kamar yang gelap dan lembab.
IV.
Penularan
Penularan DBD terjadi melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti / Aedes albopictus betina
yang sebelumnya telah membawa virus dalam tubuhnya dari penderita demam
berdarah lain. Nyamuk Aedes aegypti berasal
dari Brazil dan Ethiopia
dan sexing menggigit manusia pada waktu pagi dan siang.
Orang yang beresiko terkena demam berdarah adalah anak-anak
yang berusia di bawah 15 tahun, dan sebagian besar tinggal di lingkungan
lembab, serta daerah pinggiran kumuh. Penyakit DBD sering terjadi di daerah
tropis, dan muncul pada musim penghujan. Virus ini kemungkinan muncul akibat pengaruh musim/alam serta perilaku
manusia.
V.
Gejala
Gejala pada penyakit demam
berdarah diawali dengan :
a.
Masa inkubasi terjadi selama 4-6 hari.
b.
Demam tinggi yang mendadak 2-7 hari (38 °C- 40 °C)
c.
Manifestasi
pendarahan, dengan bentuk : uji tourniquet
positif puspura pendarahan, konjungtiva, epitaksis, melena, dsb.
d.
Hepatomegali (pembesaran hati).
e.
Syok, tekanan nadi menurun menjadi 20 mmHg atau kurang,
tekanan sistolik sampai 80 mmHg atau lebih rendah.
f.
Trombositopeni, pada hari ke 3 - 7 ditemukan penurunan
trombosit sampai 100.000 /mm3.
g.
Hemokonsentrasi, meningkatnya nilai Hematokrit.
h.
Gejala-gejala kiinik lainnya yang dapat menyertai: anoreksia,
lemah, mual, muntah, sakit perut, diare kejang dan sakit kepala.
i.
Pendarahan pada hidung dan gusi.
j.
Rasa sakit pada otot dan persendian, timbul bintik-bintik
merah pada kulit akibat pecahnya pembuluh darah.
Fase kritis adalah saat suhu turun, yaitu antara hari ketiga
dan kelima. Resiko terjadinya syok meningkat (keringat banyak, gelisah, ujung
kaki tangan dingin) dan dapat menjadi fatal jika tidak mendapatkan perawatan
sesegera mungkin.
Tidak semua penderita deman
berdarah harus dirawat. Jika keluhan hanya deman disertai salah satu gejala :
nyeri kepala dan otot tulang, cukup rawat jalan dan dianjurkan untuk istirahat
selama deman. Obat penurun panas dan pemberian cairan dan elektrolit peroral
(diminum), jus buah, sirop, susu disamping air putih. Dianjurkan untuk memantau
suhu dan kontrol dokter sampai normal kembali.
VI.
Pengobatan
Pengobatan penderita Demam Berdarah adalah dengan cara :
·
Penggantian cairan tubuh (pemasangan infus dan tranfusi darah).
· Penderita diberi minum sebanyak 1,5-2 liter dalam 24 jam (air
teh dan gula sirup atau susu).
·
Gastroenteritis oral solution/kristai diare yaitu garam elektrolit
(oralit), kalau perlu 1 sendok makan setiap 3-5 menit.
VII.
Pencegahan
Pencegahan penyakit DBD sangat tergantung pada pengendalian
vektornya, yaitu nyamuk Aedes aegypti. Pengendalian
nyamuk tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa metode yang tepat,
yaitu :
1.
Lingkungan
Metode
Iingkungan untuk mengendalikan nyamuk tersebut antara lain dengan Pemberantasan
Sarang Nyamuk (PSN), pengelolaan sampah padat, modifikasi tempat
perkembangbiakan nyamuk hasil samping kegiatan manusia, dan perbaikan desain
rumah. Sebagai contoh:
-
Menguras bak mandi/penampungan air sekurang-kurangnya sekali
seminggu.
-
Mengganti/menguras vas bunga dan tempat minum burung seminggu
sekali.
-
Menutup dengan rapat tempat penampungan air.
-
Mengubur kaleng-kaleng bekas, aki bekas dan ban bekas di sekitar
rumah dan lain sebagainya.
2.
Biologis
Pengendalian
biologis antara lain dengan menggunakan ikan pemakan jentik (ikan adu/ikan
cupang/ikan kepala timah), dan bakteri (Bt.H-14).
3.
Kimiawi
Cara pengendalian ini antara lain dengan:
-
Pengasapan/fogging (dengan menggunakan malathion
dan fenthion), berguna untuk mengurangi kemungkinan penularan sampai batas
waktu tertentu.
-
Memberikan bubuk abate (temephos)
pada tempat-tempat penampungan air seperti, gentong air, vas bunga, kolam, dan
lainlain.
Cara yang paling efektif dalam mencegah penyakit DBD adalah
dengan mengkombinasikan cara-cara di atas, yang disebut dengan "3M
Plus", yaitu menutup, menguras, menimbun. Selain itu juga melakukan
beberapa plus seperti memelihara ikan pemakan jentik, menabur larvasida,
menggunakan kelambu pada waktu tidur, memasang kasa, menyemprot dengan
insektisida, menggunakan repellent, memasang
obat nyamuk, memeriksa jentik berkala, dll sesuai dengan kondisi setempat.
Upaya yang paling penting dalam penanggulangan deman berdarah
adalah dengan pencegahan. Pencegahan yang efektif seharusnya dilaksanakan
secara integral bersama-sama masyarakat, pemerintah dan petugas kesehatan.
Tindakan
yang dapat dilakukan untuk pencegahan adalah :
1.
Pemberantasan sarang nyamuk melalui 3 M
2.
Pemberantasan vektor/nyamuk dengan penyemprotan (fogging
fokus)
3.
Kunjungan ke rumah-rumah untuk pemantauan jentik dan pembagian
bubuk abate.
4.
Penyuluhan dan kerja bakti untuk melakukan kegiatan 3M
VIII. Kebijakan
Pemerintah
Dalam rangka mengatasi dampak yang ditimbulkan oleh penyakit
demam berdarah, pemerintah Indonesia
telah mengambil beberapa kebijakan, di antaranya adalah:
a.
Memerintahkan semua rumah sakit baik swasta maupun negeri
untuk tidak menolak pasien yang menderita DBD.
b.
Meminta direktur/direktur utama rumah sakit untuk memberikan
pertolongan secepatnya kepada penderita DBD sesuai dengan prosedur tetap yang
berlaku serta membebaskan seluruh biaya pengobatan dan perawatan penderita yang
tidak mampu sesuai program PKPS-BBM/ program kartu sehat.
c.
Melakukan fogging secara
massal di daerah yang banyak terkena DBD (endemis DBD).
d.
Membagikan bubuk Abate secara gratis pada daerah-daerah yang
banyak terkena DBD. Melakukan penggerakan masyarakat untuk melaksanakan
pemberantasan sarang nyamuk melalui 3M dan merekrut juru pemantau jentik.
e.
Penyebaran pamflet lewat udara tentang pentingnya melakukan
gerakan 3 M (Menguras, Menutup, Mengubur).
f.
Menurunkan tim bantuan teknis untuk membantu RS di daerah ,
yang terdiri dari unsur-unsur :
-
Ikatan Dokter Anak Indonesia
-
Persatuan Dokter Ahli Penyakit Dalam Indonesia
-
Asosiasi Rumah Sakit Daerah
g.
Membantu propinsi yang mengalami KLB dengan dana masing-masing
di luar bantuan gratis ke rumah sakit.
IX. KESIMPULAN
1.
Penyebab penyakit DBD di Indonesia adalah Virus Dengue
2.
Perlu kewaspadaan yang tinggi terhadap penyakit DHF terutama
pada musim penghujan terutama pada derah endemis karena dapat menyebabkan
kematian
3.
Cara yang paling efektif untuk mencegah penyakit DBD adalah
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan "3M Plus" yang melibatkan
seluruh masyarakat serta disesuaikan dengan kondisi setempat.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Depkes. RI, Ditjen P3M 1981, "Demam Berdarah Diagnosa dan
Pengelolaan Penderita".
3.
Harian tempo, Minggu, 29 Februari 2004, "Dua Abad
Tersaput Misted".
4.
Depkes. RI. Ditjen PPM & PLP, 1996, "Diagnosa dan
Pengelolaan Penderita".
5.
www.ppmplp.depkes.go.id, 3 Maret 2004, "Informasi
Penyakit Menular Demam Berdarah".
6.
Harian Kompas, Sabtu 28 Februari 2004, "Negeri Sarang
Penyakit". 7. Kompas, kamis, 11 maret 2004, hal. 23
8.
Depkes., www.depkes.go.id
Dirjen PPM-PL
9.
Depkes, 2004 Kebijaksanaan Program P2DBD dan Situasi Terkini
DBD di Indonesia.
10. Thomas Suroso et.al,Depkes RI ,
2003, "Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Demam Dengue dan Demam
Berdarah Dengue",
11. Republika 2 Maret
2004, "Pemerintah Salahkan Warga".
12. Republika 2 Maret
2004, "Lambat Menangani Persoalan Rakyat".
13.
Suara Pembaruan, 5
Maret 2004, " Dapatkah Indonesia Bebas dari KLB DBD?"
0 Response to "DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)"
Posting Komentar