“Seni perang sangat penting bagi negara.Ini menyangkut masalah hidup
dan mati,satu jalan (tao) manuju keselamatan atau
kehancuran.”
“Kenalilah musuhmu, kenalilah diri sendiri.Maka kau bisa berjuang dalam
100 pertempuran tanpa resiko kalah. Kenali Bumi, kenali Langit, dan
kemenanganmu akan menjadi lengkap.”
“Sang jenderal adalah pelindung negara.Ketika sang
pelindung utuh, tentu negaranya kuat. Kalau
sang pelindung cacat, tentu negaranya lemah.”
Perang tidak pernah bisa dilepaskan dari politik. Dan politik tidak pernah
sepi dari perang, paling tidak “perang” antar partai, politikus atau calon
legislatif dan presiden. Perang itu dilakukan dalam rangka meraih
kesuksesan politik, bisa berupa karir di partai, kedudukan sebagai anggota
dewan, sampai jabatan nomor satu di sebuah negara demokrasi, yakni presiden.
Perang pasti memerlukan strategi. Begitu juga dengan “perang” di dunia
politik. Selain dibutuhkan kecerdasan, di dunia yang penuh intrik dan
taktik ini diperlukan juga strategi-strategi jitu yang efektif. Strategi
perang yang baik, bukan hanya akan menghasilkan sebuah kemenangan tetapi juga
keselamatan bagi pemenangnya.
Perang adalah sebuah seni bak tarian kuas di atas kanvas sang
pelukis. Strategi adalah keras dan lembut kuasan cat, taktik adalah gelap
dan terang goresan warna. Kemenangan adalah kepuasan tatapan mata sang
pelukis di antara bangkai-bangkai cipratan cat dan bulu-bulu kuas yang
berserakan.
Sun Tzu (400 – 320 SM) diyakini sebagai penulis Art of War (Seni Perang) sebuah karya
militer klasik tertua dalam literatur Cina. Art of War diperkenalkan di Jepang
sekitar tahun 716 – 735 Masehi dan seribu tahun kemudian muncul di Eropa,
bertepatan saat bangsa di benua itu memulai suatu serbuan untuk mendominasi
dunia.
Berikut ini adalah sebagian isi dari Art
of War yang monumental tersebut sebagai pencerahan untuk para
politikus dan juga anda yang sekarang sedang “berperang” di bisnis, kantor,
organisasi atau di tengah masyarakat.
“Kemungkinan menang terletak pada serangan. Mereka yang menduduki medan
pertempurannya lebih dulu dan menantikan musuhnya, akan memperoleh
kemenangan.”
“Mengetahui kapan seseorang dapat dan
tidak dapat bertempur adalah
kemenangan.”
“Mengetahui menggunakan yang banyak dan yang sedikit
adalah kemenangan.”
“Atasan dan bawahan yang menginginkan hasrat yang sama adalah kemenangan.”
“Bersikap siap dan menunggu musuh tidak siap adalah
kemenangan.”
“Militer yang menang sudah menang lebih dulu, baru bertempur.
Militer yang kalah
bertempur dulu, baru
mencari kemenangan.”
“Melawan yang banyak sama seperti melawan yang sedikit. Itu hanya soal bentuk dan nama.”
“Kejarlah rancangan-rancangan strategis untuk
membuat musuh takjub. Maka
kau bisa merebut kota-kota musuh dan
menggulingkan negaranya.”
“Untuk menyerang dan pasti merebutnya seranglah
di mana mereka tidak bertahan.”
“Untuk bertahan dan pasti tetap teguh, bertahanlah
di mana mereka pasti menyerang.”
“Demikianlah kalau seseorang terampil menyerang, musuh
tidak tahu di mana ia harus bertahan. Kalau seseorang terampil bertahan,
musuh tidak tahu di mana ia
harus menyerang.”
“Jenderal yang terampil akan membentuk lawannya, sementara
ia sendiri tanpa bentuk.”
Bagi seorang jenderal ada lima bahaya
·
Bertekad mati, ia bisa tewas.
·
Bertekad hidup, ia bisa tertangkap.
·
Cepat marah, ia bisa dihasut.
·
Murni dan jujur, ia bisa dipermalukan.
·
Mengasihi orang banyak, ia bisa dibuat jengkel.
Kelimanya adalah bencana dalam militer.”
“Gunakan keteraturan untuk menantikan kekacauan. Gunakan ketenangan untuk menantikan kebisingan,
inilah yang dimaksud dengan
mengatur hati dan pikiran.”
“Buatlah jalan mereka memutar. Dan
pancinglah mereka dengan keuntungan.”
“Ketika serangan elang meremukkan tubuh mangsanya,
itu adalah berkat waktunya (timing).Waktu adalah serupa dengan ditariknya
pelatuk.”
“Jangan ulangi cara-cara meraih kemenangan.”
“Komandan yang andal dalam perang meningkatkan
pengaruh moral dan
patuh kepada hukum serta peraturan. Demikianlah ia berkuasa mengendalikan sukses.”
“Adalah urusan seorang jenderal untuk
tidak banyak bicara, sehingga
lebih dapat menyimak.”
“Seorang jenderal mewakili nilai-nilai kebaikan dari
kebijaksanaan, ketulusan, kemurahan hati, keberanian, dan kedisiplinan.”
“Bersekutulah dengan negara tetangga di
daerah perbatasan.”
“Meraih 100 kemenangan dalam 100 pertempuran bukanlah
puncak keterampilan. Menaklukkan musuh tanpa bertempurlah kesempurnaan
tertinggi.”
“Mata-mata merupakan elemen penting dalam perang, karena
di pundak mereka bergantung kemampuan pasukan untuk bergerak.”
“Rahasia dari tipu daya adalah mengetahui bagaimana
memanipulasi pandangan musuh. Membuat
yang jauh kelihatan dekat, dan
yang dekat kelihatan jauh.”
“Jenderal yang baik menghindari musuh yang
semangatnya tinggi. Ia menyerang musuh pada saat mereka lelah.”
“Kunci memenangkan pertempuran adalah
memahami maksud musuh. Konsentrasikan
kekuatan di satu arah. Tempuhlah
jarak seribu li, dan bunuhlah
jenderalnya.”
“Ada enam kesalahan yang bisa menyebabkan kekalahan; yaitu
pengkhianatan, ketidakpatuhan, kesia-siaan, ketergesa-gesaan,
kekacauan, dan kekurangmampuan.”
“Kemiliteran adalah tao penyesatan. Ketika
dekat, wujudkan seolah-olah jauh. Ketika jauh, wujudkan seolah-olah dekat.
Demikianlah ketika ia
mencari keuntungan, pancinglah ia.”
“Keunggulan tertinggi adalah kemampuan menembus pertahanan
musuh tanpa harus berperang.Pejuang
terhebat adalah yang mampu menekan musuh untuk menyerah tanpa perlawanan.”
0 Response to "POLITIK DAN PERANG"
Posting Komentar