Kehormatan itu Suci Janganlah kurang akalmu dalam menghadapi kesukaran. Tenangkan dirimu dalam menghadapi Mara Bahaya. Katakan benar yang sebenarnya. Katakan salah yang sebenarnya. Manusia adalah Sempurna. Kaya dan miskin adalah ukuran Lahir. Kita menghargai orang lain dengan ukuran Bathin. Karena itu janganlah mengejek,menghina dan mencacati yang dapat melukai hati. Tampakanlah kemuliaanmu. Janganlah mencerminkan isi hatimu yang kusut di mukamu. Berkatalah,berpikirlah dan bertindak dengan jernih. Itulah kehormatan GADJAH KENTJANA Ksatria Teguh Berkepribadian Gadjah Kentjana adalah Patriot Paripurna. MANUSIA SEJATI berkepribadian tinggi. Hidup ini harus berguna bagi : Keluarga,Bangsa,Negara serta Tanah Air. Setia itu harus,Jujur itu wajib,Sopan santun dalam bertindak,Ramah dalam pergaulan,Menolong tanpa sombong diri,Sayang terhadap sesama. Bertanggungjawab terhadap tugas dan kewajiban. Tersenyum manis dalam waktu duka,selalu tenang dalam waktu suka. Hemat dalam bicara,Tenaga,Harta benda. Berjasa tanpa minta. Gadjah Kentjana Bersatu dan Bekerja Gadjah Kentjana Ksatria Teguh Berkepribadian,Disiplin,Berkemampuan menyatu. Langkah-langkahnya takkan menyimpang dari pagar kehidupan. Budi-lah yang menjadikan penilaian para Ksatria.Taqwa senantiasa takkan dilupakan. PANTJA SILA DHARMA selalu menjiwainya dalam kebersahajaan,kesusilaan,kecermatan adalah menjadi sifat utamanya. Watak ksatria, Disiplin,Pantang mundur,Pantang putus asa menjadi ciri khasnya. Hidup terhormat lebih utama dari hidup hianat. ASTADASA KOTTAMANING PRABHU dan TRI HITA KARANA Sejarah mencatat, ternyata suskes besar tokoh ini terletak pada kekuatannya dalam meyakini dan menjalankan prinsip-prinsip utama kepemimpinan : “Astadasa Kottamaning Prabhu” yakni 18 prinsip-prinsip atau kaidah-kaidah utama kepemimpinan efektif. Prinsip-prinsip ini bersumber dari filsafat yang dipegang dan diyakininya. Bhinneka Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangrwa, yang bersumber dari ajaran Mpu Tantular dan memberi inspirasi amat bermakna kepada beliau sehingga menjadi seorang tokoh besar. Suatu pandangan hidup yang mencerminkan spiritualitas Jawa yang bersifat holistic spirituality. Pandangan spiritualitas semesta ini mewarnai kehidupannya termasuk perilaku kepemimpinannya. Pandangan hidupnya membentuk Visi Trihita Wacana dan visi ini menjiawai “Astadasa Kottamaning Prabhu.” Inti Trihita Wacana adalah terciptanya hidup harmoni, yaitu untuk mencapai kebahagiaan dunia (jagaddhita), dan akhirat (moksa0, dalam kehidupan ini harus dilaksanakan keharmonisan antara : 1. Manusia dan Tuhan 2. Manusia dan alam 3. Manusia dan manusia (sesama manusia) Penghayatan dan pengamalan Trihita Wacana akan membentuk sebuah kualitas hidup yang sekarang ini dikenal dengan kecerdasan intelektual (IQ), kecerdasan emosional (EQ) dan kecerdasan spiritual (SQ). Kedelapan belas prisip “Astadasa Kottamaning Prabhu” mencerminkan keutuhan dan keseimbangan ketiga kecerdasan tersebut diatas. Secara garis besar kadiah kepemimpinan tokoh besar ini dapat diklasifikasikan manjadi tiga dimensi : spiritual, moral dan manajerial. Sebagai CEO Negara sebesar Majapahit, Gajah Mada bekerja dengan cara-cara manajerial seperti yang dilakukan oleh CEO sukses zaman sekarang, seperti : Matsushita, Jack Welch, atau Bill Gates ; bekerja atas dasar prinsip, filsafat, dan nilai-nilai yang luhur ; bervisi kuat serta mampu menerjemahkan menjadi misi yang jelas ; ahli membuat strategi dan organisator yang ulung yang piawai menjalankan aksi program untuk mentransformasikan semua tujuan menjadi kenyataan. Gajah Mada bukanlah seorang utopis, tetapi seorang idealis yang bekerja keras sekuat tenaga mewujudkan idealismenya. Inti Astadasa Kottamaning Prabhu (18 Rahasia Sukses Pemimpin Besar Nusantara) ini adalah sebagai berikut : 1. Wijaya 2. Masihi Samasta Bhuwana 3. Prasaja 4. Mantriwira 5. Sarjawa Upasama 6. Tan Satrsna 7. Sumantri 8. Sih Samasta Bhuwana 9. Nagara Gineng Pratijna 10. Natangguan 11. Satya Bhakti Prabhu 12. Wagmiwag 13. Wicaksaning Naya 14. Dhirotsaha 15. Dibyacitta 16. Nayaken Musuh 17. Ambek Paramartha 18. Waspada Purwartha Gajah Mada mengucapkan Sumpah Palapa pada tahun 1331, ketika ia diangkat sebagai Mahapatih Majapahit. Sumpah ini termuat dalam kitab Pararaton. Gajah Mada bersumpah tidak akan makan palapa, sebelum seluruh Nusantara dikalahkan, yaitu Gurun, Seram, Tanjungpura, Haru, Pahang (Semananjung), Dompo, Bali, Sunda, Palembang, dan Tumasik (Singapura). Ini adalah visi besar Gajah Mada. Baru 597 tahun kemudian, setelah Sumpah Palapa diikrarkan, pada tanggal 28 Oktober 1928 Sumpah Persatuan itu terdengar menggelegar lagi sebagai Sumpah Pemuda. Setelah itu, baru tanggal 1 Juni 1945, nilai-nilai dan ideologi Pancasila Gajah Mada diperkenalkan kembali oleh Soekarno dalam sidang BPUPKI. Dengan visi Sumpah Pemuda yang tidak lain adalah reinkarnasi Sumpah Palapa, serta Pancasila yang tidak lain adalah way of life Gajah Mada, tanggal 17 Agustus 1945 berdirilah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Apakah yang menjadi rahasia sukses Gajah Mada, sehingga mampu mempersatukan seluruh Nusantara, yang baru diwujudkan kembali 587 tahun kemudian? Gajah Mada adalah seorang anak desa dari kalangan kebanyakan, yang terbukti berhasil membentuk sebuah negara besar, yang teritorialnya kira-kira sama dengan bentangan Irlandia sampai pegunungan Kaukasia (lebih luas dari NKRI sekarang). Gajah Mada telah membuat sesuatu yang hampir mustahil dilakukan orang-orang pada zamannya. Tentu akan muncul banyak pertanyaan dalam diri kita: • Misteri apakah yang menjadi kunci sukses seorang Gajah Mada? • Misteri apakah yang ada di balik suksesnya mewujudkan Sumpah Palapa yang legendaris itu? • Misteri apakah yang menuntun Gajah Mada bisa meniti karier dari prajurit biasa sampai mencapai puncak karier sebagai mahapatih atau perdana menteri? • Misteri apakah yang membentuk seorang Gajah Mada, sehingga mampu menjadi CEO Negara Majapahit yang heterogen dengan segala permasalahannya; heterogen dengan suku, bahasa, dan agamanya; dengan wilayah yang begitu luas, terdiri dari ribuan pulau dan terpisah-pisah oleh lautan? Mohamad Hendratmoko dengan nama pena Bhre Tandes, mempelajari misteri ini selama dua tahun. Ternyata, misteri sukses Gajah Mada terletak pada kuatnya keyakinan dan konsistensi Gajah Mada dalam menjalankan prinsip-prinsip utama kepemimpinan Astadasa Kottamaning Prabhu, yaitu 18 Prinsip-Prinsip atau Kaidah-Kaidah Utama Kepemimpinan Efektif. Prinsip-prinsip tersebut bersumber dari filsafat dan way of life yang diyakininya. Bhinneka Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangrwa yang bersumber dari ajaran Mpu Tantular, dan mencerminkan spiritualitas Jawa yang bersifat holistic spirituality, memberi inspirasi pandangan hidup pada Gajah Mada. Mpu Tantular maupun Mpu Prapanca menemukan esensi Ketuhanan Yang Esa, esensi Buddha dan esensi Shiwa sebenarnya satu. Pandangan spiritualitas semesta ini mewarnai kehidupan Gajah Mada, termasuk perilaku kepemimpinannya. Pandangan hidup tersebut membentuk visi Trihita Wacana. Visi ini menjiwai Astadasa Kottamaning Prabhu. Inti Trihita Wacana adalah terciptanya hidup harmoni, yaitu untuk mencapai kebahagiaan dunia (jagaddhita) dan akhirat (moksa), dan di dalam kehidupan ini harus dijaga hubungan harmonis antara: 1. Manusia dan Tuhan 2. Manusia dan alam 3. Manusia dan manusia (sesama manusia) Penghayatan dan pengamalan Trihita Wacana akan membentuk sebuah kualitas hidup yang sekarang dikenal dengan kecerdasan intelektual (IQ), emosional (EQ), dan spiritual (SQ) secara utuh dan seimbang. Astadasa Kottamaning Prabhu mencerminkan keutuhan dan keseimbangan ketiga kecerdasan tersebut. Secara garis besar, kaidah kepemimpinan Gajah Mada dapat diklasifikasikan menjadi tiga dimensi, yaitu: spiritual, moral, dan manajerial. Dimensi Spiritual terdiri dari tiga prinsip, yaitu Wijaya: tenang, sabar, bijaksana; Masihi Samasta Bhuwana: mencintai alam semesta; dan Prasaja: hidup sederhana. Dimensi Moral terdiri dari enam prinsip, yaitu Mantriwira: berani membela dan menegakkan kebenaran dan keadilan; Sarjawa Upasama: rendah hati; Tan Satrsna: tidak pilih kasih; Sumantri: tegas, jujur, bersih, berwibawa; Sih Samasta Bhuwana: dicintai segenap lapisan masyarakat dan mencintai rakyat; Nagara Gineng Pratijna: mengutamakan kepentingan negara di atas kepentingan pribadi, golongan, dan keluarga. Dimensi Manajerial terdiri dari sembilan prinsip, yaitu Natangguan: Mendapat dan menjaga kepercayaan dari masyarakat; Satya Bhakti Prabhu: loyal dan setia kepada nusa dan bangsa; Wagmiwag: pandai bicara dengan sopan; Wicaksaneng Naya: pandai diplomasi, strategi, dan siasat; Dhirotsaha: rajin dan tekun bekerja dan mengabdi untuk kepentingan umum; Dibyacitta: lapang dada dan bersedia menerima pendapat orang lain; Nayaken Musuh: menguasai musuh dari dalam dan dari luar; Ambek Paramartha: pandai menentukan prioritas yang penting; Waspada Purwartha: selalu waspada dan introspeksi untuk melakukan perbaikan.
Julianus alfian abdul jafar