Di era globalisasi dan
jaringan informasi yang dapat di akses oleh siapapun dan kapanpun mengakibatkan
terjadinya perkembangan di segala sektor dan pemahaman baru tentang budaya
serta penerapan-penerapan akan pola yang diterapkan oleh Negara lain.
Salah satu Negara yang
menjadi tujuan dan penyebaran jaringan informasi dan budaya global adalah
Indonesia, karena Indonesia adalah Negara berkembang dengan tingkat populasi
yang selalu meningkat dan ditunjang dengan fasilitas-fasilitas yang
memungkinkan untuk mengakses informasi baik itu dalam bentuk informasi data
maupun informasi global yang termasuk di dalamnya unsur-unsur budaya asing yang
notabene tidaklah sesuai dengan budaya Timur yang merupakan ciri khas Bangsa
Indonesia.
Insya Allah penulis
akan memberikan sedikit penjelasan tentang apa itu identitas nasional lewat
semangat nasionalismenya, globalisasi dan perkembangannya serta glokalisasi
yang merupakan gabungan antara globalisasi yang dapat diterima oleh budaya
lokal.
Identitas Nasional
Secara harfiah
identitas adalah ciri-ciri, tanda-tanda atau jati diri yang melekat pada
sesuatu atau seseorang yang membedakannya dengan yang lain. Pengertian
Identitas pada hakikatnya merupakan manifestasi nilai-nilai budaya yang tumbuh
dan berkembang dalam aspek kehidupan suatu bangsa dengan ciri-ciri khas, dan
dengan ciri-ciri yang khas tersebut maka suatu bangsa berbeda dengan bangsa lain
dalam kehidupannya.
Dengan demikian
identitas nasional suatu bangsa adalah ciri khas yang dimiliki suatu bangsa
yang membedakannya dari bangsa lainnya. Namun demikian proses pembetukan
Identitas nasional bukan merupakan sesuatu yang sudah selesai, tetapi sesuatu
yang terbuka dan terus berkembang mengikuti perkembangan jaman. Akan terjadi
pergeseran nilai dari identitas itu sendiri apabila identitas itu tidak dapat
dijaga dan dilestarikan, sehingga mengakibatkan identitas global akan
mempengaruhi nilai identitas nasional itu sendiri.
Secara umum terdapat beberapa dimensi yang
menjelaskan kekhasan suatu bangsa. Unsur-unsur identitas itu secara normatif,
berbentuk sebagai nilai, bahasa, adat istiadat, dan letak geografis.
Beberapa dimensi dalam identitas nasional
antara lain:
1. Pola Perilaku
adalah gambaran pola
perilaku yang terwujud dalam kehidupan sehari-hari, Misalnya : adat istiadat,
budaya, dan kebiasaan, ramah tamah, hormat kepada orang tua, dan gotong royong
merupakan salah satu identitas nasional yang bersumber dari adat istiadat dan
budaya. Semangat masyarakat tentang pola perilaku ini sudah mulai memudar,
seiring dengan waktu budaya ramah tamah khas Indonesia serta semangat gotong
royong sudah beralih wajah menjadi acuh tak acuh dan individualistis dan
materialistis.
2. Lambang-Lambang
adalah sesuatu yang
menggambarkan tujuan dan fungsi Negara. lambang-lambang ini biasanya dinyatakan
dalam undang-undang, Misalnya : Bendera, Bahasa, dan lagu Kebangsaan.
3. Alat-alat perlengkapan
adalah Sejumlah
perangkat atau alat-alat perlengkapan yang digunakan untuk mencapai tujuan yang
berupa bangunan, peralatan dan tekhnologi, misalnya : bangunan candi, Masjid,
Gereja, Peralatan manusia seperti pakaian Adat, dan teknologi Bercocok tanam :
dan teknologi seperti kapal laut, Pesawat terbang, dan lainnya
4. Tujuan yang Ingin dicapai
Identitas yang
bersumber dari tujuan ini bersifat dinamis dan tidak tetap seperti : Budaya
Unggul, presentasi dalam bidang tertentu. Sebagai sebuah bangsa yang mendiami
sebuah Negara, tujuan bersama bangsa Indonesia
telah tertuang dalam pembukaan UUD 45, Yakni kecerdasan dan kesejahteraan
bersama bangsa Indonesia .
Dan dalam usaha tersebut pemerintah seharusnya lebih memperhatikan dunia
pendidikan, peningkatan pendidikan akan mempengaruhi kesejahteraan rakyat Indonesia
secara tidak langsung.
2.2 Unsur-unsur Pembentukan Identitas
Nasional
Salah satu identitas bangsa Indonesia adalah ia
dikenal sebagai sebuah bangsa yang majemuk. Kemajemukan Indonesia dapat dilihat
dari sisi sejarah, kebudayaan, suku bangsa, agama dan bahasa.
1. Sejarah
2. Kebudayaan
Aspek kebudayaan yang
menjadi unsur pembentuk identitas nasional meliputi tiga unsur yaitu : akal
budi, peradaban dan pengetahuan. Akal Budi bangsa Indonesia ,
misalnya dapat dilihat pada sikap ramah dan santun bangsa Indonesia . Sedangkan unsur
Identitas peradabannya, salah satunya tercermin dari keberadaan dasar negara
Pancasila sebagai kompromi nilai-nilai bersama ( shared values ) bangsa
Indonesia yang majemuk, sebagai bangsa maritim, kehandalan bangsa Indonesia
dalam pembuatan kapal pinisi di masa lalu merupakan identitas pengetahuan
bangsa Indonesia yang tidak memiliki oleh bangsa lain di dunia.
3. Suku Bangsa
Kemajemukan merupakan
Identitas lain bangsa Indonesia .
Namun demikian , lebih dari sekedar kemajemukan yang bersifat alamiah tersebut,
tradisi, tradisi bangsa Indonesia untuk hidup bersama dalam kemajemukan
merupakan hal lain yang harus terus dikembangkan dan dibudayakan, kemajemukan
alamiah bangsa Indonesia dapat dilihat pada keberadaan lebih dari 300 kelompok
suku, beragam bahasa, budaya dan keyakinan yang mendiami kepulauan nusantara.
4. Agama
Keanekaragam Agama merupakan identitas lain
dari kemajemukan alamiah Indonesia. Menyukuri nikmat kemajemukan pemberian Allah
dapat dilakukan dengan salah satunya, sikap dan tindakan untuk tidak memaksakan
keyakinan dan tradisi suatu agama, baik mayoritas maupun minoritas atas
kelompok lainnya.
5. Bahasa
Bahasa adalah salah
satu atribut identitas nasional Indonesia .
Sekalipun Indonesia memiliki
ribuan bahasa daerah, kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa penghubung ( lingua
franca ) berbagai kelompok etnis yang mendiami kepulauan nusantara
memberikan nilai identitas tersendiri bagi bangsa Indonesia .
Globalisasi
Secara umum globalisasi
adalah suatu perubahan sosial dalam bentuk semakin bertambahnya keterkaitan
antara masyarakat dengan faktor-faktor yang terjadi akibat transkulturisasi dan
perkembangan teknologi modern. Istilah globalisasi dapat di terapkan dalam
berbagai konteks sosial, budaya, ekonomi, dan sebagainya memahami globalisasi
adalah suatu kebutuhan, mengingat majemuknya fenomena tersebut. Menurut
Stiglitz sebagai mana dikutip sugeng bahagijo dan darmawan triwinowo disatu
sisi globalisasi menbawa potensi dan akselerasi pertumbuhan ekonomi banyak
Negara, peningkatan standar hidup serta perluasan akses atas informasi dan
teknologi, disisi lain telah membawa kesenjangan utara-selatan serta kemiskinan
global.
Globalisasi merupakan
fenomena berwajah majemuk, seperti diuraikan scolte(2000), sebagai mana dikutip
Sugeng Bahagijo dan darmawan triwibowo, bahwa globalisasi sering diidentikkan
dengan: 1. internasionalisasi yaitu hubungan antar Negara, meluasnya
arus perdagangan dan penanaman modal; 2. liberalisasi yaitu pencabutan
pembatasan-pembatasan pemeritah untuk membuka ekonomi tanpa pagar (borderless
world) dalam hambatan perdagangan, pembatasan keluar masuk mata uang,
kendali devisa dan ijin masuk suatu Negara (visa); 3. Universalisasi
yaitu ragam hidup seoerti makanan Mc Donald, kendaraan, di seluruh pelosok
penjuru dunia; 4. Westernisasi atau Amerikanisasi yaitu ragam hidup dan
budaya barat atau amerika; 5. De-teroterialisasi, yaitu
perubahan-perubahan geografi sehingga ruang sosial dalam perbatasan, tempat dan
distance menjadi berubah.
Istilah globalisasi
telah menjadi istilah umum yang dibicarakan oleh setiap orang hingga diskusi
ilmiah dalam lingkungan akademik.
Beberapa unsur penting
yang terkait dengan globalisasi adalah:
1. Global Space ( Dunia maya)
Globalisasi informasi
ditunjukan dengan semakin pesatnya penggunaan media elektronik dalam mengirim
dan menerima informasi, surat
kabar, radio dan televisi tidak lagi merupakan sumber utama informasi;
kehadiran internet telah memudahkan informasi dunia diterima oleh siapapun
dipenjuru pelosok dunia. Jika radio dan televisi masih dapat di awasi dan
diatur oleh kekuasan politik sebuah Negara, tidak demikian dengan media
internet.
Dengan media internet,
memungkinkan pengiriman informasi dalam jumlah yang tidak terbatas, dalam waktu
yang lebih cepat, dan dengan biaya lebih murah. Melalui media internet siapapun
dapat mengirim dan mengakses informasi tanpa persyaratan lisensi atau bukti
kompetensi apapun.
Keadaan tersebut
membawa beberapa akibat sosial dan budaya :
Pertama,
mengecilnya ruang dan waktu yang mengakibatkan hampir tidak ada kelompok orang
atau bagian dunia yang hidup dalam isolasi. Informasi tentang keadaan di tempat
lain atau situasi orang lain dapat menciptakan suatu pengetahuan umum yang
lebih luas dan aktual dari ada yang ada sebelumnya, informasi ini pada
giliranya dapat menimbulkan suatu solidaritas global yang melintasi kelompok
etnis, batas teritorial negara, atau kelompok agama. Pada saat yang sama,
informasi yang serba canggih ini dapat pula memberikan kemudahan bagi seseorang
atau suatu kelompok untuk bergabung dengan kelompok kejahatan lintas negara
untuk merancang kejahatan internasional yang terorganisir. jaringan terorisme
internasional dapat dimasukan ke dalam kelompok ini.
Kedua, dalam bidang politik, batas-batas teritorial
suatu negara menjadi kurang berfungsi. Batas negara tidak lagi menjadi batas
informasi, karena seorang yang berada di sebuah kampung di Jayapura, misalnya,
dapat berhubungan langsung lewat internet dengan seseorang di New York atu di
kota Roma.
Ketiga, semua kategori dalam social space menjadi
tidak relavan lagi. Perbedaan sosial seperti umur, jenis kelamin, agama, status
sosial, besarnya pendapatan, pejabat atau rakyat, tingkat pendidikan menjadi
tidak lagi menjadi penting dalam konteks infomasi melalui jalur internet.
Tantangan Masa Depan Dalam Gelombang
Globalisasi
Beberapa yang menjadi
tantangan besar dan bersama, mengutip pendapat Tilaar, yang diakibatkan
gelombang globalisasi adalah sebagai berikut:
1. Program melawan kemiskinan.
Globalisasi bukan hanya memberikan banyak nilai positf tetapi juga dapat
mengakibatkan semakin miskinnya negara-negara yang sumber daya manusianya
rendah, serta kurangnya sumber daya alam. Masalah kemiskinan bukan hanya milik
suatu masyarakat tetapi merupakan tanggung jawab intenasional. Kesenjangan
antara Negara kaya dan Negara miskin semakin melebar di dalam era globalisasi
apabila tidak diambil langkah untuk membantu yang lemah.
2. Memperjuangkan dan melaksanakan Hak Asasi
Manusia. Gelombang globalisasi dapat saja mengijak-injak hak asasi manusia
apabila motif yang mendasari perubahan sosial dan ekonomi semata-mata
berdasarkan frofit. Hak Asasi Manusia perlu dijaga dan dikembangkan oleh karena
itu dengan menghormati Hak Asasi Manusia maka demokrasi akan semakin
berkembang. Oleh sebab itu, hak asasi manusia harus menjadi agenda
internasional untuk menjadi bentang dari arus globalisasi yang dapat bersifat
dehomanisasi.
3. Menciptakan dan memelihara tatanan dunia yang aman. Perdangangan bebas, hak asasi tidak
dapat dilakukan di dalam negara yang kacau. Kini manusia berlomba-lomba untuk
menciptakan dunia yang lebih makmur dan kemakmuran itu hanya dapat diwujudkan
di dalam kerja sama internasional yang aman. Oleh sebab itu, berbagai upaya
untuk meningkatkan kerjasama multilateral haruslah dipacu.
4. Perlu diwujudkan tatanan
ekonomi dankeuangan yang baru. Lembaga-lembaga ekonomi dan keuangan lama
yang dilahirkan pada masa perang dingin seta tatanan dunia yang lama, seperti
badan-badan IMF, World bank, WTO, perlu ditata kembali supaya lebih sesuai
dengan tuntutan hidup internasional yang baru.
5. Melindungi dan memelihara
planet bumi sebagai satu-satunya tempat kehidupan bersama manusia. Oleh
kerena itu tanggung jawab ekosistem merupakan tanggung jawab bersama masyarakat
dunia.
6. Kerja sama regional perlu di
kembangkan di dalam rangka kerja sama internasional. Bahkan Alan Rugman di dalam bukunya
The end of Globalization menyatakan bahwa sebenarnya kerja sama
internasional tertumpu pada kerja sama regional, bahkan kerja sama bilateral
atau kerja sama nasional dalam rangka kerja sama regional tersebut.
Salah satu konsep yang
ikut berkembang bersama globalisasi adalah glokalisasi. Istilah glokalisasi
dipopulerkan oleh Roland Robertson pada tahun 1977 dalam konfrensi
“Globalization and Indigenous Culture”. Secara umum glokalisasi adalah penyesuaian
produk global dengan karakter lokal. Ada juga yang berpendapat glokalisasi adalah berfikir global
bertindak lokal. Menurut Eko Budiarjo guru besar Universitas Diponegoro
glokalisasi adalah glokalisasi dengan cita rasa lokal.
Dalam wilayah budaya , glokalisasi dimaknai
dengan munculnya interpretasi produk-produk global dalam konteks lokal yang
dilakukan oleh masyarakat didalam berbagai wilayah budaya. Interpretasi lokal
masyarakat tersebut kemudian juga membuka kemungkinan adanya pergeseran makna
atas nilai budaya. Dalam proses glokalisasi medium bahasa juga di
pergunakan.
Hal ini yang
mengakibatkan banyak terjadi penyimpangan terhadap nilai-nilai yang dulunya
sangat dominan pada kalangan masyarakat dan dijalankan dengan sepenuh hati,
sekarang sudah menjadi barang yang aneh dan langka. Pengaruh globalisasi
terhadap masyarakat yang ditransformasikan ke dalam budaya Indonesia yang akhirnya
akan mensinergikan budaya-budaya “Timur” Indonesia terhadap budaya “Barat” yang
cenderung kepada Liberalisme dalam usaha pencapaian Glokalisasi yang
meminimalisasi bahkan menghilangkan budaya-budaya Indonesia yang terkenal
dengan keramahtamahan dan kesopanan.
Nasionalisme dan Globalisasi
Salah satu isu penting
yang mengiringi gelombang demokrasi adalah munculnya wacana multikulturisme.
Multikulturisme adalah kesediaan menerima kelompok lain secara sama sebagai
kesatuan tanpa memedulikan perbedaan budaya, etnik, gender, bahasa maupun
agama. Gerakan multicultural
muncul pertama kali di Kanada dan Australia sekitar 1950-an.
Multikultural menjadi semacam respon kebijakan
baru dalam keragaman.dengan kata lain, adanya komunitas yang berbeda saja tidak
cukup, karena yang terpenting adalah komunitas tersebut diperlukan sama oleh
warga Negara maupan Negara.
Menurut Achmad Fedyani Safiudin menyatakan ada
tiga cara pandang atau pemahaman orang tentang multikulturisme, yaitu; 1.
Popular; 2. Akademik; 3. Politis.
Karakter masyarakat multikultur adalah toleran.
Mereka hidup dalam semangat peacepul co-existace, hidup berdampingan secara
damai. Dalam perspektif multikulturisme, baik individu maupun kelompok hidup
dalam societal cohesion tanpa kehilangan identitas etnik dan kultur mereka.
Ini adalah harapan kita semua, bagaimana kita dapat
mengadopsi nilai dan budaya dari luar yang baik bagi bangsa ini serta adanya
badan pengawasan serta pengembangan budaya asli Indonesia dari Pemerintah,
jangan sampai budaya tersebut menjadi terkikis dan hilang dari masyarakatnya
sendiri, akibat dari arus globalisasi yang begitu
Hakikat kemerdekaan
suatu negara akan tampak disaat negara itu dapat menghargai dan menjunjung
tinggi nilai-nilai budayanya sendiri, dan selalu membuka diri terhadap nilai
positif dari luar baik itu yang berbentuk budaya, ekonomi, politik, dan
lain-lain.
Keberagaman adalah
suatu berkah dari Pengatur Alam Semesta ini, dan sebagai suatu bangsa yang
beragama kita seharusnya dapat menghargai keberagaman global serta dapat
memilih serta memilah yang terbaik untuk diterpakan di Negara tercinta Republik
Indonesia .
Karena keberagam merupakan hadiah dari Allah SWT yang harus kita syukuri dan
harus menjadi pembelajaran bagi kita semua, Allah menciptakan manusia
bersuku-suku dan berbangsa-bangsa adalah untuk saling kenal-mengenal untuk
bersama-sama mendapatkan gelar taqwa. Taqwa dalam konteks universal dan global
adalah terciptanya masyarakat dunia yang madani dan selaras dengan ajaran dan
perintah Allah SWT. Hal ini termaktub dalam ayat Suci al-Qur’an yang berbunyi :
Artinya : “Dan kalau ada dua golongan dari
mereka yang beriman itu berperang hendaklah kamu damaikan antara keduanya! tapi
kalau yang satu melanggar perjanjian terhadap yang lain, hendaklah yang
melanggar perjanjian itu kamu perangi sampai surut kembali pada perintah Allah.
kalau dia Telah surut, damaikanlah antara keduanya menurut keadilan, dan
hendaklah kamu berlaku adil; Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang
berlaku adil”. (QS. Al-Hujuraat : 9)
Semangat bersatu dalam
mencari Ridha dan Cinta Allah pasti akan dapat menangkal segala bentuk negative
globalisme, karena dengan semangat ridha dan cinta kepada Allah maka kita dapat
mentransformasikan segala kaidah agama kedalam budaya dan kita dapat
menyesuaikan tindakan-tindakan atau aksi yang terstruktur lewat kacamata agama,
Allah pasti menolong dan menyelamatkan Bangsa ini dari pengaruh negative arus
globalisasi, seperti yang sebutkan Allah dalam Al-Qur’anul Karim :
Artinya : “Kamu tak
akan mendapati kaum yang beriman pada Allah dan hari akhirat, saling berkasih-sayang
dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang
itu bapak-bapak, atau anak-anak atau Saudara-saudara ataupun keluarga mereka.
meraka Itulah orang-orang yang Telah menanamkan keimanan dalam hati mereka dan
menguatkan mereka dengan pertolongan yang datang daripada-Nya. dan
dimasukan-Nya mereka ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai,
mereka kekal di dalamnya. Allah ridha terhadap mereka, dan merekapun merasa
puas terhadap (limpahan rahmat)-Nya. mereka Itulah golongan Allah. Ketahuilah,
bahwa Sesungguhnya hizbullah itu adalah golongan yang beruntung”. (QS.
Al-Mujaadilah : 22)
salam...menjejak tapak ini dan membaca isi dirinya..muga kita bisa bersama diruang maya...buat mengenal diri..
BalasHapusterimakasih udah di share materinya
BalasHapusMAKASIIHHH.......... MATERI INI YANG GUECARI, :) BUAT TUGAS KULIAH,,,, HEHE
BalasHapus